Selasa, 13 Oktober 2009

Menyingkirkan Semua Lawan, Membangun Dinasti

Reformasi berhasil menggulingkan sebuah rezim yang mampu bertahan 33 tahun, tapi gagal melahirkan reformis . Suksesi gagal membangun ide reformis, malah silih berganti komprador-komprador rezim lama naik panggung, ganti baju reformis.

Reformasi melenceng, bangsa ini bingung.

Susilo Bambang Yudoyono (SBY) tampil mengisi kekosongan, ia kemudian jadi pilihan, popularitas dalam sekejap meroket, padahal sama, tumbuh dan besar diketiak rezim orde baru. Satu hal yang menguntungkan SBY bertengger di puncak kekuasaan sampai hari ini. Kebingungan massa.

Layaknya anak didik, mind set SBY tidak jauh-jauh amat dengan senior nya, coba amati kepiawaiannya membangun pondasi kekuasaan dan menghabisi musuh-musuh politik nya.

Pertama, membangun image sosok teraniaya, mundur dari jabatan menteri kabinet Megawati, sedangkan Suharto berhasil memposisikan diri sebagai penyelamat negara dan jenderal AD musuh kaum komunis.

Kedua, partai politik sebagai kendaraan meraih kekuasaan disterilkan dari pembangkangan dengan menempatkan diri sebagai ketua dewan pembina dan menempatkan anggota keluarga nya, sama persis dengan Suharto.

Ketiga, anggota kabinet SBY yang memegang pos penting untuk mempertahankan kekuasaan, dipegang orang-orang non partai yang akan memudahkan SBY membuangnya bila suatu saat membangkang(tidak manut saja).

Keempat, memecah belah kekuatan oposan dengan gaya belah bambu ,dan kelak hancur secara alamiah.

Kelima, memata-matai partai politik dari dalam, dengan menempatkan orang-orang kepercayaannya di partai politik.

Tidak ada musuh yang abadi dalam berpolitik, meraih dan mempertahankan kekuasaan tujuan akhir berpolitik. Bagi saya, semua itu tidak masalah sepanjang ditujukan bagi kepentingan negara dan bangsa bukan kepentingan pribadi dan golongan.

1 komentar:

ALUMNUS SMUNDAK 424 CIBADAK mengatakan...

politik itu kompromi, membagi kekuasaan an mengaturnya untuk kepentingan publik. sepanjang terjadi pembagian seperti itu, baik buat bangsa dan negara. Jadi membangun bersama-sama.