Pendiri gerakan Aceh Merdeka (GAM) doktor Hasan Muhammad di Tiro dijadwalkan akan kembali pulang ke Aceh untuk ke dua kalinya, sejak tokoh GAM tersebut mengasingkan diri di Swedia selama 30 tahun.
Kepulangan Hasan Tiro kali ini untuk melakukan peusijuk atau menepung tawari para mantan GAM yang telah terpilih menjadi anggota Legislatif di DPRK maupun DPRA. Laporan Lola Alfira, reporter Radio Fas FM Meulaboh.Disikapi Biasa Saja
Meski kepulangan Hasan Tiro belum dipastikan tanggal yang tepat, namun sejumlah tokoh GAM sudah mulai mempersiapkan penjemputan ke Malaysia. Sebagian warga Aceh lainnya menyikapi kepulangan Hasan Tiro biasa-biasa saja dan hal yang wajar karena Aceh adalah kampungnya, sanak familinyapun masih ada, ungkap Nazaruddin warga Meulaboh.
Nazarudin: "Kepulangan Hasan Tiro ke Aceh ya disikapi biasa-biasa saja. Inikan masih dalam suasana Hari Raya Idul Fitri, saudara sanak familinya masih ada. Ya ajang untuk bertemu dengan mantan-mantan GAM yang sudah terpilih menjadi anggota legislatif di Aceh. Jadi tak ada pengaruh sama sekali kepulangan beliau. Acehkan sudah aman. Biarkan saja Hasan Tiro pulang dan tinggal di Aceh, ya kan?"
Upacara Adat Peusijuk
Kepulangan ke Aceh untuk kedua kalinya bagi Hasan Tiro memang sudah dipersiapkan sejak jauh hari oleh para petinggi GAM. Mereka meminta sesepuh GAM ini melakukan acara adat peusijuk atau menepung tawari sejumlah mantan GAM yang telah berhasil menjadi wakil rakyat. Hal tersebut dibenarkan Tengku M.Isa, tokoh Majelis Adat Aceh Barat.
Tengku M.Isa: "Untuk menepung tawari atau bahasa Acehnya Peusijuk anggota Legislatif dari partai Aceh yang sudah terpilih menjadi anggota legislatif, baik DPRK atau DPRA kemudian melakukan silaturahmi dengan masyarakat yang selama ini sudah merasakan empat tahun perdamaian''
Upacara adat peusijuk atau menepung tawari dalam masyarakat Aceh bertujuan untuk memberikan ungkapan rasa syukur atau selamatan atas terpilihnya sebagian mantan GAM sebagai anggota legislatif dari partai Aceh hasil pemilu 2009 lalu. Hasan tiro sebagai tokoh pendiri Gerakan Aceh Merdeka dan disebut juga Wali Nanggroe atau Wali Negara dianggap pantas melakukan ritual adat peusijuk tersebut.
Hasan Tiro saat ini berusia 84 tahun. Kepulangannya ke Aceh sangat dinantikan oleh seluruh pendukungnya, sanak famili yang masih ada .Sebagian warga mengharap kembalinya untuk terus menetap karena mengingat usia yang sudah lanjut. Siti Sarah seorang warga menanggapi hal tersebut
Siti Sarah: "Kedatangan Hasan Tiro untuk kedua kalinya ke Aceh sah-sah saja. Beliau kan orang Aceh, wajarlah pulang kampung. Lagian sudah uzur ya, kalau kita lihat dari segi usia. Jadi jangan di anggap negatif kepulangan beliau."
Hasan Tiro yang lebih akrab disebut Wali Nanggroe, datang ke Aceh untuk pertama kalinya pada tahun 2008 lalu, setelah 30 tahun hidup di Swedia dalam pengasingan dan tinggal di sebuah apartemen. Namun para pengawal setia tetap berada di dekatnya dan ia juga terus memantau perkembangan di Aceh.
Unsur Politik?
Kehadiran pendiri GAM ini diharap dapat menyemangati para wakil rakyat dari Partai Aceh untuk terus membangun kebersamaan. Tengku M.Isa kembali menanggapi:
Tengku M.Isa: "Melihat sejauh mana pembangunan dan pemerintahan Aceh yang selama ini berada dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam hal menjunjung tinggi perdamaian di Nanggroe Aceh Darussalam dengan pemerintah Republik Indonesia''
Kehadiran Hasan Tiro kali ini juga disikapi aktivis LSM Papan Alfaizin yang mengatakan kepulangan Hasan Tiro tidak dapat diprediksikan sebagai unsur politik.
Alfaizin: "Kita tidak bisa memprediksikan apakah memang ada unsur politik. Mudah-mudahan kepulangan Hasan Tiro dapat meningkatkan proses perdamaian di Aceh yang sudah berjalan beberapa tahun yang lalu. Lha kemudian saya juga melihat kepulangan Hasan Tiro itu menjadi hal positif, apabila kepulangan Hasan Tiro itu bisa menyampaikan pesan-pesan kepada anggota legislatif DPRK dan DPRA yang mayoritas berasal dari Partai Aceh yang telah terpilih pada Pemilu 2009 lalu. Untuk dapat menyampaikan pesan-pesan kepada mereka agar lebih mementingkan masyarakat, dari pada kepentingan kelompok atau pribadi."
Hasan Tiro, dengan nama lengkap Hasan Muhammad di Tiro, lahir di desa Tiro Pidie 4 september 1930. Hasan Tiro pernah mengecap pendidikan di fakultas hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, lalu melanjutkan pendidikannya ke Ohio University di Amerika Serikat.
Oktober 1954 atas nama perwakilan Republik Islam Indonesia, Hasan Tiro menyerahkan sejumlah dokumen kepada sekjen PBB tentang kasus pembantaian dan pelanggaran HAM di Aceh. Hasan Tiro mengusung semangat perlawanan baru bagi Aceh, dengan mengumandangkan Gerakan Aceh Merdeka dari New York, lalu ia memindahkan pusat gerakan ke Swedia
Minum Air Kepala Muda
Sebutan Wali Nanggroe yang berarti wali negarapun melekat padanya. Hasan tiro memiliki seorang putra bernama Karim Tiro dari perkawinannya dengan Dora, seorang wanita kelahiran Yordania. Salah satu impian Hasan Tiro adalah minum air kelapa muda di kampung halamannya.
Bagi sebagian mantan anggota GAM yang kini telah terpilih menjadi anggota legislatif, baik DPRK maupun DPRA, hasil pemilu lalu, kedatangan Hasan Tiro ke Aceh, menjadi pendorong semangat untuk semakin memperkuat posisi politik partai lokal Aceh di seluruh negeri Aceh Darussalam.
Untuk mempersiapkan kedatangan Hasan Tiro, mantan tokoh GAM Malik Mahmud akan menjemput langsung Hasan Tiro ke Swedia dan setelah itu rombongan akan mampir di Malaysia sebelum bertolak ke Aceh.
rnw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar